Sungguh, ga gue sangka, gue bisa nulis post ini.
Bekerja emang ga seenak yang dipikir, bener kata-kata kakak kelas, lebih enak sekolah, nikmatin dulu masa-masa sekolah. Tapi penyesalan kan datang selalu terlambat. -_-
Gue
mulai merindukan masa-masa sekolah di Caraka Nusantara.
Gue sendiri bahkan
bingung awalnya, gue pikir gue akan sangat terbebas setelah lulus dari Caraka
Nusantara, tapi nyatanya sekarang? Gue amat merindukan kelas 3.1 farmasi,
dengan segala isinya, segala muridnya, segala tingkah lakunya, segala ocehan
khasnya, segala-galanya.
Mulai dari duduk di sebelah Andika, cerita panjang
lebar sama Lia dan Asti pada saat pelajaran berlangung, liat Lia nyuri-nyuri
waktu buat tidur atau ketika liat Lia bisa tidur dalam kondisi apapun, meskipun
dalam pelajaran Kimia yang diajar oleh kepala sekolah.
Gue mulai rindu saat
jalan pulang bareng sama Lia, Fera dan Wian, saat kita bercanda-canda, tertawa
terbahak, atau sedikit-sedikit curhat colongan.
Gue kangen panggilan “cacu”
dari Harda buat Dika atau sebaliknya.
Gue merindukan kondisi praktek resep yang
terkadang ricuh karena satu orang bernama Harda, mulai dari teriak-teriak ke
Dika dan pamer kalau dia udah selesai ngerjain resep, datengin Dika buat
ngumpetin entah sediaannya ataupun alat-alat praktek dari yang gede ampe yang
kecil kaya lumpang sampe anak timbangan.
Gue kangen saat liat Harda di omelin
sama Bu Maryati gara-gara nara botol pake alu.
That’s so funny to remember.
Kangen teriak-teriak saat kondisi kelas udah ga bisa diatur, kangen cekcok sama
Wiwit meskipun bukan karena hal yang penting, dan sebenernya akhirnya saat
istirahat kita akan tetep ngomong satu sama lainnya.
Gue kangen itu semua, itu
semua ga bisa gue lakukan di dalam suasana pekerjaan.
Terlalu banyak halangan,
seperti perbedaan umur yang mungkin ga sedikit, nyebabin bentrok pikiran, apa
yang dalam pikiran gue masih dalam batas wajar, namun terkadang udah sangat
tidak wajar dalam pikiran senior-senior gue, sampe teman sejawat seumur yang
kurang dapat mengerti gue.
Gue kangen dapat menjadi diri gue apa adanya,
sungguh gue merindukan diri gue yang sebenernya, kangen jadi Anast yang ga
harus menjaga image disetiap perbuatan.
Hmm. Gue rindu mereka semua, gue rindu
segala perbuatan mereka yang dapat membuat gue tertawa, kesel, menangis karena
ga bisa mengungkapkan kemarahan yang ada.
Sementara di dalam pekerjaan?
Gue sedikit
banyak merasa tersisih.
Orang-orang yang ada dalam satu instalasi terlalu
banyak yang berbeda umur, sampai orang-orang yang sedikit sakit jiwa di
instalasi lainnya. Andai, dia satu umur sama gue, udah pasti entah gue apain,
ya, mungkin dia kaya Wiwit nyolotnya, tapi sakit jiwa kaya Fandi. Huahahahaha.
Selama dalam pekerjaan, gue kurang dapat menjadi diri gue yang apa adanya, karenanya gue merindukan saat-saat dimana gue dapat menjadi diri gue apa adanya, dengan teman, yang walaupun ga semua, dapat menerima gue apa adanya.
Ya, intinya gue merindukan mereka, dengan segala perilaku mereka, dengan segala
karakter yang mereka punya.
Sungguh gue merindukan mereka, begitu besarnya,
hingga gue ingin menangis sekarang.
Gue ga tau mereka akan begitu berharga di
mata gue saat ini.
Setelah gue ga sama sama mereka lagi.
Sungguh sangat berbeda
ketika gue SMP. Ketika gue SMP, dimata gue, temen-temen gue sudah sangat
berharga bahkan sebelum gue kehilangan mereka, bahkan gue menangis sebelum
perpisahan padahal gue hanya mengingat-ingat kalau kita akan berpisah, karena
saat SMP, angkatan gue sangat kompak, bahkan guru-guru pun mengakui kekompakan yang ada
di kelas kami.
Sebenarnya, rumah gue dan teman-teman SMP gue ga terlalu jauh,
hanya jarak SMA yang memisahkan, serta waktu untuk berkumpul yang tak serempak
menjadikan susah untuk berkumpul.
Sementara, saat SMA?
Gue pikir gue mungkin ga
akan merindukan mereka, andaipun merindukan mereka, gue ga nyangka akan
sebegini besarnya.
Berbeda dengan kehidupan SMP gue, kehidupan SMA gue sangat
keterbalikan dengan kehidupan SMP gue. Sangat kontras.
Jika dulu saat SMP,
angkatan gue adalah angkatan yang paling kompak, saat SMA, angkatan gue adalah
angkatan paling tidak kompak, paling banyak masalah, paling banyak bikin ulah.
Padahal, dalam angkatan gue, cowonya cuma sedikit, bahkan paling sedikit.
Dari
3 kelas, masing-masing kelas hanya punya 2 murid cowok, artinya, dalam satu
angkatan, hanya ada 6 orang murid cowok.
Sisanya? Murid cewek! 98 murid cewek!
Dan diantara murid cewek itu, banyak yang saling membenci.
Hahahahaha, hidup
yang lucu.
Kalau saat SMP angkatan gue adalah angkatan dengan murid cewek yang
paling sedikit dan paling kompak, saat SMA angkatan gue adalah angkatan dengan
murid cowok paling sedikit dan paling banyak bikin ulah.
Gue merasakan kedua
keadaan itu, dan rasanya sulit dipercaya dan awalnya sulit dijalani.
Peralihan
dari angkatan yang paling banyak cowok ke yang paling banyak cewek itu susah
loh. Dari yang lebih banyak dewasa dan pendiam, jadi yang paling banyak ngoceh,
gosip dan sifat childish.
Dari angkatan yang paling kompak dan yang paling
dibanggakan, menjadi angkatan terkutuk yang paling banyak bikin ulah.
Bahkan,
kepala sekolah pun sempat berucap, “kalau angkatan kalian lulus, kita bikin
tumpengan.” Bayangkan!! Betapa ancurnya angkatan gue.
Jadi gue rasa kalian
dapat tau kenapa gue pikir gue ga akan merindukan mereka.
Namun gue salah, gue
kangen ama mereka, karena keberagaman itu.
Gue merindukan ulah anak-anak yang
kadang emang keterlaluan yang mainin guru.
Yah, gue merindukan mereka
sangaaaaat teramaaaat, entah gimana cara mengungkapkannya.
Apalagi bagi
teman-teman terdekat gue. Gue merindukan mereka, sangat merindukan mereka.
Huft.
:’(