Saturday, September 29, 2012

Tak terduga, aku merindukan 'Mereka'

Sungguh, ga gue sangka, gue bisa nulis post ini.
Bekerja emang ga seenak yang dipikir, bener kata-kata kakak kelas, lebih enak sekolah, nikmatin dulu masa-masa sekolah. Tapi penyesalan kan datang selalu terlambat. -_-
Gue mulai merindukan masa-masa sekolah di Caraka Nusantara.
Gue sendiri bahkan bingung awalnya, gue pikir gue akan sangat terbebas setelah lulus dari Caraka Nusantara, tapi nyatanya sekarang? Gue amat merindukan kelas 3.1 farmasi, dengan segala isinya, segala muridnya, segala tingkah lakunya, segala ocehan khasnya, segala-galanya.
Mulai dari duduk di sebelah Andika, cerita panjang lebar sama Lia dan Asti pada saat pelajaran berlangung, liat Lia nyuri-nyuri waktu buat tidur atau ketika liat Lia bisa tidur dalam kondisi apapun, meskipun dalam pelajaran Kimia yang diajar oleh kepala sekolah.
Gue mulai rindu saat jalan pulang bareng sama Lia, Fera dan Wian, saat kita bercanda-canda, tertawa terbahak, atau sedikit-sedikit curhat colongan.
Gue kangen panggilan “cacu” dari Harda buat Dika atau sebaliknya.
Gue merindukan kondisi praktek resep yang terkadang ricuh karena satu orang bernama Harda, mulai dari teriak-teriak ke Dika dan pamer kalau dia udah selesai ngerjain resep, datengin Dika buat ngumpetin entah sediaannya ataupun alat-alat praktek dari yang gede ampe yang kecil kaya lumpang sampe anak timbangan.
Gue kangen saat liat Harda di omelin sama Bu Maryati gara-gara nara botol pake alu.
That’s so funny to remember.
Kangen teriak-teriak saat kondisi kelas udah ga bisa diatur, kangen cekcok sama Wiwit meskipun bukan karena hal yang penting, dan sebenernya akhirnya saat istirahat kita akan tetep ngomong satu sama lainnya.
Gue kangen itu semua, itu semua ga bisa gue lakukan di dalam suasana pekerjaan.
Terlalu banyak halangan, seperti perbedaan umur yang mungkin ga sedikit, nyebabin bentrok pikiran, apa yang dalam pikiran gue masih dalam batas wajar, namun terkadang udah sangat tidak wajar dalam pikiran senior-senior gue, sampe teman sejawat seumur yang kurang dapat mengerti gue.
Gue kangen dapat menjadi diri gue apa adanya, sungguh gue merindukan diri gue yang sebenernya, kangen jadi Anast yang ga harus menjaga image disetiap perbuatan.
Hmm. Gue rindu mereka semua, gue rindu segala perbuatan mereka yang dapat membuat gue tertawa, kesel, menangis karena ga bisa mengungkapkan kemarahan yang ada.
Sementara di dalam pekerjaan?
Gue sedikit banyak merasa tersisih.
Orang-orang yang ada dalam satu instalasi terlalu banyak yang berbeda umur, sampai orang-orang yang sedikit sakit jiwa di instalasi lainnya. Andai, dia satu umur sama gue, udah pasti entah gue apain, ya, mungkin dia kaya Wiwit nyolotnya, tapi sakit jiwa kaya Fandi. Huahahahaha.
Selama dalam pekerjaan, gue kurang dapat menjadi diri gue yang apa adanya, karenanya gue merindukan saat-saat dimana gue dapat menjadi diri gue apa adanya, dengan teman, yang walaupun ga semua, dapat menerima gue apa adanya.
Ya, intinya gue merindukan mereka, dengan segala perilaku mereka, dengan segala karakter yang mereka punya.
Sungguh gue merindukan mereka, begitu besarnya, hingga gue ingin menangis sekarang.
Gue ga tau mereka akan begitu berharga di mata gue saat ini.
Setelah gue ga sama sama mereka lagi.
Sungguh sangat berbeda ketika gue SMP. Ketika gue SMP, dimata gue, temen-temen gue sudah sangat berharga bahkan sebelum gue kehilangan mereka, bahkan gue menangis sebelum perpisahan padahal gue hanya mengingat-ingat kalau kita akan berpisah, karena saat SMP, angkatan gue sangat kompak, bahkan guru-guru pun mengakui kekompakan yang ada di kelas kami.
Sebenarnya, rumah gue dan teman-teman SMP gue ga terlalu jauh, hanya jarak SMA yang memisahkan, serta waktu untuk berkumpul yang tak serempak menjadikan susah untuk berkumpul.
Sementara, saat SMA?
Gue pikir gue mungkin ga akan merindukan mereka, andaipun merindukan mereka, gue ga nyangka akan sebegini besarnya.
Berbeda dengan kehidupan SMP gue, kehidupan SMA gue sangat keterbalikan dengan kehidupan SMP gue. Sangat kontras.
Jika dulu saat SMP, angkatan gue adalah angkatan yang paling kompak, saat SMA, angkatan gue adalah angkatan paling tidak kompak, paling banyak masalah, paling banyak bikin ulah.
Padahal, dalam angkatan gue, cowonya cuma sedikit, bahkan paling sedikit.
Dari 3 kelas, masing-masing kelas hanya punya 2 murid cowok, artinya, dalam satu angkatan, hanya ada 6 orang murid cowok.
Sisanya? Murid cewek! 98 murid cewek! Dan diantara murid cewek itu, banyak yang saling membenci.
Hahahahaha, hidup yang lucu.
Kalau saat SMP angkatan gue adalah angkatan dengan murid cewek yang paling sedikit dan paling kompak, saat SMA angkatan gue adalah angkatan dengan murid cowok paling sedikit dan paling banyak bikin ulah.
Gue merasakan kedua keadaan itu, dan rasanya sulit dipercaya dan awalnya sulit dijalani.
Peralihan dari angkatan yang paling banyak cowok ke yang paling banyak cewek itu susah loh. Dari yang lebih banyak dewasa dan pendiam, jadi yang paling banyak ngoceh, gosip dan sifat childish.
Dari angkatan yang paling kompak dan yang paling dibanggakan, menjadi angkatan terkutuk yang paling banyak bikin ulah.
Bahkan, kepala sekolah pun sempat berucap, “kalau angkatan kalian lulus, kita bikin tumpengan.” Bayangkan!! Betapa ancurnya angkatan gue.
Jadi gue rasa kalian dapat tau kenapa gue pikir gue ga akan merindukan mereka.
Namun gue salah, gue kangen ama mereka, karena keberagaman itu.
Gue merindukan ulah anak-anak yang kadang emang keterlaluan yang mainin guru.
Yah, gue merindukan mereka sangaaaaat teramaaaat, entah gimana cara mengungkapkannya.
Apalagi bagi teman-teman terdekat gue. Gue merindukan mereka, sangat merindukan mereka.
Huft. :’(